Pada
masa Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu’anhu, sebuah ekspedisi
jihad dikirimkan ke Persia. Kota demi kota yang dikuasai Rejim Majusi
penyembah api dibebaskan oleh pasukan Islam.
Syahdan,
mujahidin mencapai sebuah kota bernama Tastar. Setelah menaklukkan
benteng, mereka menemukan di sebuah ruangan ada sesosok jenazah yang
telah lama wafat namun masih utuh. Hanya sedikit rambut dari tengkuknya
yang rontok. Penduduk kota memberitahukan bahwa itu jenazah Daniel
‘alaihissalam, seorang nabi dari Bani Israil.
Nabi
Daniel mirip seperti Nabi Yusuf, ia diasingkan dan dianiaya. Ia
memiliki sebuah kitab dengan namanya. Isinya aqidah tauhid, kabar
gembira tentang kedatangan Muhammad saw sebagai nabi terakhir dan kabar
tentang akhir zaman.
Sama
dengan Nabi Yusuf, Allah memuliakan Nabi Daniel dengan ilmu dan
kemampuan menafsirkan mimpi raja. Tafsir Nabi Daniel terhadap mimpi Raja
Nebukadnezar, pemimpin Babilonia yang saat itu menjajah Bani Israel,
menjadi isu penting dalam keyakinan mereka.
Singkat
cerita, para mujahid yang menemukan jenazah Daniel juga menemukan kitab
di atas kepalanya. Mereka kemudian membawa kitab itu kepada Umar ra
yang memerintahkan Ka’ab al Akhbar untuk menerjemahkannya. Ka’ab adalah
mantan pendeta Yahudi sebelum ia masuk Islam, itulah sebabnya ia
digelari “al akhbar.”
Mimpi Sang Raja
Di
antara isi kitab Daniel adalah tafsir mimpi Nebukadnezar. Sang raja
bermimpi aneh yang tak mampu ditakwilkan oleh para filosof, tukang sihir
dan nujum dari kalangan Majusi.
Dalam
mimpinya Nebukadnezar melihat patung berukuran raksasa yang berkepala
emas, dada dan lengannya perak. Lalu perut dan pinggangnya tembaga,
pahanya dari besi sementara kakinya sebelah dari besi dan sebelah lagi
tanah liat.
Kemudian
sebuah batu besar, tanpa upaya manusia, menggelinding sendiri dan
menggilas kaki yang terbuat dari tanah liat. Akibatnya kaki patung itu
hancur dan ambruk. Semua bagiannya yang terbuat dari emas, perak,
tembaga, besi dan tanah liat tergilas batu. Batu itu menjadi gunung
besar yang memenuhi seluruh bumi.
Daniel
menakwilkan bahwa bagian-bagian patung patung adalah kerajaan-kerajaan
besar yang berpengaruh di dunia. Kekuasaan mereka silih berganti sampai
muncul kehendak Allah Ta’ala muncul sebuah kerajaan besar yang
dikehendaki-Nya melumatkan berbagai kerajaan sebelumnya dan menghapuskan
pengaruhnya hingga akhir zaman.
Kejayaan Islam
Syaikh
Dr. Safar al Hawali, dalam bukunya “Yaumul Ghadhab, Hal Bada’a
bintifadhati Rajab?” memberikan penjelasan lebih konkret. Kepala emas
adalah kerajaan Babilonia di bawah Nebukadnezar. Dada dan lengan perak
adalah Imperium Persia yang menguasai Irak, Syam dan Mesir. Sementara
perut tembaga adalah Kerajaan Yunani di bawah Alexander Agung. Paha besi
adalah Imperium Romawi, sementara kaki besi dan tanah liat adalah
pecahannya; Romawi Barat dan Romawi Timur (Byzantium).
Adapun
batu besar yang menggilas semua kerajaan tadi dimulai dari kaki tanah
liat adalah Imperium Islam. Di bawah Rasulullah saw, khulafaur rasyidin
dan khilafah Islam selanjutnya, satu persatu kerajaan besar dan
peradabannya ditaklukkan. Dimulai dari Romawi Timur yang beribukota di
Konstantinopel.
Setelah
menggilas semua peradaban pagan, penyembah berhala yang disimbolkan
sebagai patung, maka batu yang menggelinding sendiri dengan kehendak
Allah akan memenuhi bumi. Batu yang berguling sendiri tanpa campur
tangan manusia itu menyimbolkan peradaban yang turun dari wahyu Allah.
Inilah kekuasaan Islam yang akan memenuhi dunia dengan kebaikan hingga
akhir zaman. (Nabi Daniel dan Mimpi Nebukadnezar) Oleh Ustadz Fahmi
Suwaedi
0 komentar:
Posting Komentar